Perhatian:
Akan lebih baik sebelum membaca cerita ini,
kamu sudah membaca cerita sebelumnya.
Sekolah berakhir untuk hari ini dan di lanjutkan lagi besok pagi. Semua murid sekolah berbondong-bondong keluar sekolah. Sambil berjalan menuju gerbang masuk atau keluarnya murid sekolah, Dindin masih terus bertanya dengan penasaran mengenai seorang cewek yang sewaktu istirahat berhasil di ajak berkenalan dengan Encep. Sayangnya Encep tidak mau memberitahukan sepenggal hurufpun kepada Dindin mengenai nama seorang cewek itu.
Ketika sudah berada di parkiran atau lokasi untuk mengambil kembali semua kendaraan bermotor yang di simpan oleh pemiliknya dan lokasi yang pasti dilalui oleh setiap orang kalau mau masuk atau keluar sekolah, tidak sengaja Dindin melihat Melisa bersama teman sekelasnya dan langsung pelan-pelan menghampirinya dengan mengabaikan Encep yang terus berjalan lurus.
“Hey Melisa” Sapa Dindin.
“Hey Dindin” Jawab Melisa.
“Hey Melisa” Sapa Encep yang tidak diketahui Dindin sudah berada disampingnya.
“Loh ko kamu kenal dia?” Tanya Dindin ke Encep.
“Kenal dong, tadikan sudah kenalan”
“Oh… jadi Melisa yang kamu ajak kenalan tadi itu”
“Iya Melisa” Jawab Encep “Cantik yah Din” lanjutnya dengan berbisik ke arah telinga Dindin.
“Oh pastilah”
“Lah kamu juga kenal sama Melisa?”
“Kenal dong”
“Aku duluan yah” Kata Melisa kepada Dindin dan Encep yang sedang asik mengobrolkan dirinya.
“Iyah… Mel, iyah… Sa” Jawab kompak mereka. “Eh” Lanjutnya sambil garuk-garuk kepala.
Melisa dan temannya yang belum dikenal pergi meninggalkan mereka, meninggalkan sekolah, meninggalkan kantin, meninggalkan Pak Iman, dan meninggalkan yang lainnya untuk kembali lagi kerumah. Semetara Dindin dan Encep, sempat mengikuti Melisa diam-diam sampai dia menaiki angkot yang berbeda jurusan. Sampai mengetahui arah pulang Melisa yang ternyata terbalik dengan arah pulang Dindin dan Encep.
“Iya Mel aku juga suka sama kamu, kamu mau gak jadi pacarku?”
“Iya mau banget Cep”
“Encep! Kamu mau sekolah gak?” Bentak ibunya Encep yang menyuruh bangun, karena hari sudah lumayan siang untuk jam berangkat sekolah. Oh ternyata hari sudah berganti. “Aduh ternyata hanya mimpi” Gumam Encep “Kenapa sih, si emak malah bangunin, lagi asik-asiknya nih. Kan gak bisa dilanjut lagi” lanjutnya. Encep segera bergegas menuju kamar mandi dengan lupa tidak membawa handuk.
“Mak bisa ambilin handuk Encep mak?”
“Nih” Ibunya Encep memberikan handuk “Makanya mandi itu bawa handuk, cepat mandinya!” Lanjutnya dengan nada sedikit marah.
Encep berangkat sekolah dengan tergesa-gesa sampai melupakan sarapannya untuk hari ini, pikirnya mungkin “tidak apa-apa lupa dengan sarapan yang penting asal jangan lupa sama kamu aja, Melisa”. Sesampai di depan gerbang sekolah, gerbangnya sudah di kunci sama Pak Iman. Encep kesiangan beberapa menit. Rupanya bukan hanya Encep yang kesiangan, ada dua orang kelas tiga, satu orang kelas dua, dan satu orang lagi Dindin teman sebangkunya.
“Eh Cep, kirain kamu sudah berangkat, tak tahunya sama kesiangan” Tanya Dindin
“Iyah Din, soalnya ingat terus sama Melisa”
“Lah apa hubungannya dengan kesiangan?”
“Tadi aku nembak dulu Melisa dan langsung mau nerimanya”
“Hmm”
“Tapi sayang emakku keburu bangunin mimpi indahnya”
“Hahaha” Dindin ketawa sendiri dengan puas sampai tidak memperhatikan orang lain disekitarnya.
Semua orang yang kesiangan sontak mengalihkan pandangannya kepada Dindin seorang. Dengan begitu wajah Dindin dikenali oleh dua anak kelas tiga yang wajahnya terlihat sangar dimata Dindin. Begitu juga Pak Iman yang baru datang untuk melihat orang-orang yang kesiangan untuk memberikan sanksi.
“Kamu yah, udah kesiangan bahagia pula” Kata Pak Iman
“Awali hidup ini dengan sebuah kebahagian pak”
“Terserah kamu aja! Mau pulang lagi atau mau masuk”
“Masuklah Pak”
“Ya sudah, tapi harus di beri hukuman dulu”
Semua yang kesiangan dimasukan kesekolah oleh Pak Iman tapi dengan di beri hukuman terlebih dahulu. Dindin terlihat senang, sama halnya dengan Encep. Namun tidak berlaku bagi kedua orang kelas tiga, mereka terlihat kesal kepada Dindin dan sepertinya mempunyai niat jahat. Orang-orang yang kesiangan disuruh ke lapangan yang ada disekolah, lapangan yang biasa dipakai upacara di hari Senin, lapangan yang biasa dipakai olahraga sewaktu pelajaran olahraga atau jam istirahat, dan lapangan yang dipakai untuk mengumpulkan semua murid sekolah ketika ada pengumuman mendesak.
Mereka di beri hukuman berupa jalan bebek mengelilingi lapangan selama tiga puluh keliling oleh Pak Iman. Wajah senang yang ditunjukan Dindin dan Encep berubah drastis menjadi sebuah kekesalan kepada Pak Iman, tapi kekesalan kedua anak kelas tiga tetap ditujukan kepada Dindin. Setelah mengakhiri tiga puluh keliling lapangan jalan bebek, mereka semua sangat kelelahan.
“Mau kesiangan lagi gak?” Seru Pak Iman.
“Nggak Pak!” Jawab semuanya.
“Ya udah tunggu disini sampai jam pelajaran pertama berakhir! Jangan kemana-mana tetap ditengah lapangan, bapak lihat kalian dari sana”
Pak Iman meninggalkan lapangan untuk menuju lokasi yang teduh dan memantau orang-orang yang sedang dihukumnya.
“Kamu yah, kanapa malah masuk, bukannya pulang lagi kan enak gak kena hukuman” Kata salah satu anak kelas tiga kepada Dindin.
“Hehe, kan mau sekolah kak” Jawab Dindin.
Hukuman berakhir ketika bel pelajaran kedua berbunyi. Mereka terlihat begitu gembira bagaikan seseorang yang mendapatkan hadiah mobil dari undian kuis tanpa pungutan pajak. Semua yang kena hukuman diperbolehkan masuk kelasnya masing-masing meninggalkan Pak Iman seorang. Pak Iman tidak merasa kesepian setelah di tinggalkan oleh mereka, dia langsung menuju pos gerbang sekolah untuk melakukan tugas seperti biasanya.
“Awas yah kamu” Kata anak kelas tiga kepada Dindin.
“Hehe” Jawab Dindin dengan senyuman kecil.
Dindin dan Encep memulai belajarnya untuk hari ini dari jam pelajaran kedua yaitu Bahasa Inggris, di lanjutkan dengan jam istirahat. Encep diam-diam meninggalkan Dindin tepat beberapa menit setelah bel istirahat berbunyi untuk menuju ke kelas 10c yang tidak lain adalah kelas tempat Melisa belajar di sekolah.
“Eh Din, ko ada disini” Kata Encep tepat setelah sampai di depan kelas 10c.
“Kan mau ketemu sama Melisa”
“Wahh.. kamu suka yah sama Melisa” Bisik Encep dengan wajah cemburu.
“Ya iyalah”
“Yaudah kita bersaing lagi, kali ini untuk Melisa”
Ketika asik mengobrolkan Melisa di depan kelasnya, tidak sengaja Melisa lewat di belakang Dindin dan Encep dan mendengar namanya di sebutkan dalam percakapannya.
“Ehm…”
“Ehm juga” Jawab Encep.
“Ehm… Ehm…”
“Ehm… Ehm… juga” Jawab Dindin.
“Siapa sih, ganggu ajah” Kata Encep sambil melirik kebelakang “Eh Melisa, hehe”
“Sepertinya kalian lagi ngomongin aku yah”
“Iyah nih, sini gabung” Kata Dindin.
“Boleh nih gabung?”
“Apapun buat kamu gak ada yang gak boleh”
“Hehe”
Mereka bertiga akhinya bergabung dalam satu kumpulan perbincangan mengenai Melisa, namun sejak Melisa bergabung hanya keheningan yang di dapat oleh Melisa. Dindin dan Encep malah fokus untuk menatap wajah Melisa yang ada dihadapannya.