Perhatian:
Akan lebih baik sebelum membaca cerita ini,
kamu sudah membaca cerita sebelumnya.
Beberapa hari setelah merelakan Sari dengan Junaedi, sepertinya Dindin dan Encep sedikit kehilangan penyemangat dalam hidupnya untuk pergi ke sekolah. Namun Encep tetap sekolah karena dia sadar, kalau tidak sadar dia pasti sudah berada di rumah sakit. Maksudnya dia sadar kalau dia tidak sekolah dia mau ngapain di rumah, juga tidak dapat uang jajan dari orang tuanya. Sedangkan Dindin selalu berusaha mengajak Encep untuk bolos sekolah akhir-akhir ini. Sesekali Encep menolaknya sampai kemudian dia menyetujuinya.
“Tapi aku hanya menemani saja ya Din” Kata Encep setelah berhasil di bujuk Dindin.
“Iya Encep, iya”
Untuk pertama kalinya bolos sekolah, mereka hanya bisa diam di warung kecil dekat terminal. Tidak ada yang mereka lakukan kecuali hanya melihat kendaraan yang melewatinya sesekali menghitung jumlah mobil angkot.
“Enam belas, Sembilan belas..” Gumam Dindin.
“Oh iya” Encep menepuk bahu Dindin dengan tangannya.
“What, what, ada apa cep?” Dindin terlihat kaget dan kemudian di ikuti dengan perasaan gelisah.
“Gimana kalau kita naik angkot ke terminal Ratupulo, terus sesudah sampai disana kita bengong lagi disana” Sekilas info: Ratupulo itu adalah sebuah terminal, dan mereka sekarang sedang berada di terminal Ciaren yang biasa dilewati ketika mau pergi dan pulang sekolah.
“Disana bengong, disini juga bengong”
“yaudah kalau gitu jangan langsung bengong pas sudah sampai disana, kita nyari angkot lagi yang menuju ke terminal Ciaren, kita balik lagi kesini”
“Hm.. boleh juga, ya udah ayo!”
Begitulah mereka untuk hari ini, hanya bisa bolos sekolah dan tidak melakukan apapun selain bolak-balik dari terminal Ciaren ke terminal Ratupulo sampai akhirnya pulang lebih awal ke rumahnya masing-masing.
Besok paginya Hari Rabu tidak bolos lagi, mereka pergi ke sekolah walau dengan kekurangan semangat. Bertemu dengan teman-temannya, gurunya, Bi Acah, Bi Itoh, dan yang lainnnya membuat suasana mereka tetap sama. Sepertinya Encep sudah lebih dulu pergi ke kelas. Ketika Dindin berjalan sendirian hendak menuju kelas, dia bertemu dengan Junaedi, Junaedi langsung menyapanya.
“Kemarin kemana Din? Gak masuk?” Tanya Junaedi.
“Gak masuk apa Jun?”
“Gak masuk sekolah lah, masa masuk penjara”
“Oh… Enggak kemana-mana Jun, lagi males sekolah aja” Jawab Dindin dengan datar. “Enggak ada penyemangatnya” Lanjutnya dengan pelan namun tetap terdengar oleh Junaedi.
“Ya udahlah” Junaedi menepuk bahunya “Go Dindin go Dindin go!” Seru Junaedi dengan kencang dan penuh semangat.
“Ha ha ha” Dindin tertawa dengan sengaja membalas pengorbanan Junaedi yang telah berusaha menyemangatinya.
“Oh iya Din, nih ada cewek cantik di kelas 10c namanya itu Melisa”
“Iya Jun makasih” Dindin meninggalkan Junaedi begitu saja untuk langsung menuju kelas.
Pelajaran pertama di buka dengan pelajaran matematika, oh Dindin sangat tidak menyukai pelajaran matematika begitu juga Encep. Nampaknya mereka benar-benar seperti sudah berkompromi untuk tidak menyukai matematika. Tapi tidak tahu kalau Asep keliatannya dia begitu serius memperhatikan Pak Somad yang juga serius menerangkan di depan semua murid.
“Oke ada yang mau di tanyakan?” Pak Somad mengajukan pertanyaan kepada semua murid setelah selesai menerang satu soal matematika. “Iya kamu? Kenapa?” lanjut Pak Somad yang melihat Dindin mengacungkan tangannya.
“Ijin ke WC pak” Kata Dindin
“Oh ya udah, jangan lama!”
Dindin meninggalkan teman sebangkunya yaitu Encep dan juga teman sekelasnya beserta Pak somad. Setelah Dindin keluar dari kelas, sepertinya tidak ada yang menanyakan apapun kepada Pak Somad tentang pelajaran yang ia terangkan. Lantas Pak Somad tidak bersedih dan melanjutkan kembali menerangkan soal berikutnya. Ternyata Dindin tidak pergi ke wc sebagaimana yang telah ia ucapkan kepada Pak Somad, tetapi dia malah pergi ke arah menuju kelas 10c. Benar Dindin memang pergi menuju kelas 10c dan langsung mengetuk pintunya yang tertutup. Tepat di ketukan ke tiga seseorang membukanya.
“Anu... ada yang namanya Melisa bu?” Dindin langsung bertanya.
“Oh ada, ada apa yah?” Jawab ibu guru yang membuka pintunya, tapi tidak tahu siapa namanya.
“Itu kata Pak kepala sekolah di tunggu di kantor, sekarang”
Ibu guru menyuruh kepada murid kelas 10c yang namanya Melisa untuk keluar sesuai dengan apa yang telah Dindin bilang. Melisa merasa dirinya terlihat orang yang bersalah ketika mendengar ibu guru menyuruhnya keluar di karenakan Pak kepala sekolah mau bertemu. Setelah menutup pintunya dari luar, Melisa hanya melihat seorang lelaki yang bukan Pak kepala sekolah melainkan seseorang yang ia kenal tapi tidak tahu namanya.
“hay?” Sapa Dindin
“hay, siapa yah?”
“Oh belum kenal yah, yaudah kenalan dulu” Dindin menyodorkan tangannya untuk bersalaman “Dindin” Lanjutnya
“Me..”
“Melisa kan?”
“Loh ko tahu nama ku, Oh kamu yah Bapak kepala sekolahnya!”
“Hehe… salam kenal yah”
Mereka berhasil dengan sukses berkenalan. Melisa kembali lagi ke kelas untuk melanjutkan belajarnya yang entah belajar apa dengan perasaan damai, begitu juga Dindin kembali untuk pelajaran matematikanya. Selesai Matematika, di lanjut dengan pelajaran IPS, di lanjut lagi dengan suara bel yang sangat di nantikan selain bel pulang sekolah. Iya benar sekali, bel peringatan untuk istirahat berbunyi, semua murid langsung keluar dari kelasnya tanpa di suruh lagi oleh bapak/ibu gurunya.
Di depan toilet laki-laki, Encep melihat sekumpulan anak kelas tiga ketika hendak mau pergi ke kantin tentu bersama Dindin. Encep mengenali salah satu dari anak kelas tiga tersebut, tapi tidak tahu namanya di karenakan belum sempat untuk berkenalan. Sesampainya di kantin, seperti biasa mereka memesan terlebih dahulu di lanjut dengan menunggunya, sebelum bisa menyantap batagornya.
Ketika asik mengobrol sambil menyantap batagor, Encep tidak sengaja melirik ke arah dua orang cewek yang sama sedang di kantin. Dengan gesit Encep langsung mendekati kedua cewek tersebut dengan meninggalkan Dindin yang fokus untuk menghabiskan batagornya.
“Hmm” Encep menyapanya sambil mencolek sedikit bahu cewek itu.
“Eh” Jawabnya dengan kaget.
“Kamu Nina kan?”
“Eh, bukan”
“Lah, terus siapa kalau bukan Nina?”
“Aku Melisa”
“Oh, hay Melisa?”
“Hay juga” Jawab Melisa dengan heran “Siapa yah?” Lanjutnya.
“Oh iya, belum kenalan yah” Encep mengulurkan tangannya untuk bersalaman “Encep” tapi Melisa tidak mau bersalaman.
“Hmm, aku duluan yah” Melisa meninggalkan Encep begitu saja.
“Eh, kamu kelas mana?” Cetus Encep dengan sedikit menghampiri Melisa.
“10c” Jawabnya dengan singkat sambil terus menjauh meninggalkan Encep untuk pergi ke kelas, mungkin.
Kelihatannya Encep begitu senang ketika kembali menghampiri Dindin seorang yang sudah hampir menghabiskan batagor.
“Dari mana Cep?” Tanya Dindin
“Tadi ada cewek cantik Din, ya udah aku samperin”
“Ah anjir kamu gak ajak-ajak, kirain kemana”
“Cantik Din euy”
“kelas mana? Siapa namanya?”
“...“
~Bersambung~
Jangan lupa komentarnya yah, biar semangat untuk lanjut nulisnya. Heuheu
Go didin go.. hahaha
BalasHapusmenarik ceritanyah
Tengkyu gan... :)
Hapuskeren ceritanya btw nice info gan
BalasHapushttp://blogdofollow-indonesia.blogspot.co.id/ yuk ramaikan blog saya gan
BalasHapuskeyen keyen :D
BalasHapusMenghibur gan,. sampai episode berapa ini endingnya gan? hehehe
BalasHapusSampai eps 10 gan.
Hapuskeren gan
BalasHapusdidin nya malu2 ya gan nanyain melisa ke ibu guru
wkwkwkw
Sangat bagus dan menghibur ceritanya gan,, sukses selalu deh
BalasHapusSiap makasih gan
Hapussangat bagus gan ceritanya ssemoga sukses selalu :) amin
BalasHapusSama-sama
BalasHapusCoba diberi gambar di tengah tengah posting gan biar lebih menarik :*
BalasHapusSiap gan di usahain.
Hapuscerita yg berseri ya gan..mirip sinetron..hehe..
BalasHapusHehe, ya begitulah.
HapusCeritanya menarik nih
BalasHapusmakasih gan
HapusNice artikel gan.
BalasHapusVia Topikburonan.com