Aku masih mengingatnya, tapi aku lupa waktu itu aku berumur berapa, pokoknya waktu itu aku masih kecil, masih belum sekolah, aku sangat ingin sekali pergi untuk sekolah. Di sebabkan, setiap hari, setiap pagi, aku sering melihat orang-orang yang melewati rumahku untuk pergi sekolah dengan memakai seragamnya kecuali hari minggu dan tanggal merah lainnya. Lebih tepatnya aku penasaran ada apa selama ini orang-orang selalu pergi sekolah. Kakakku sendiri, kakak perempuan, waktu itu masih sekolah SD atau Sekolah Dasar, mau pergi sekolah dan aku juga melihatnya. Aku sempat menangis merengek kepada ibu untuk bisa ikut sekolah bersama kakak, tapi ibu tidak memperbolehkannya. Hanya memberikan beberapa uang receh untuk membuat berhenti menangis dan membuat aku senang.
Sampai suatu hari, ketika orang-orang sudah melewati rumahku untuk sekolah. Aku sendiri diam-diam mengikuti mereka dengan jarak yang lumayan jauh tapi tetap masih terlihat tanpa ibu mengetahuinya, tentu dengan berseragam sekolah juga. Seragam apa yang aku pakai? Ya seragam sekolah. Aku memakai baju punya kakak dan juga celananya, lebih tepatnya aku memakai rok perempuan. Karena setahu aku itulah seragam resmi sekolah, mau laki-laki atau perempuan, tapi itu dulu. Aku terus membuntuti mereka sampai berakhir di sekolah.
Tiba di sekolahan. Ada banyak orang termasuk siswa-siswi, guru, pedagang jajanan, ada pohon, tentu ada sekolahnya juga. Anehnya kenapa setiap orang yang memandangku selalu memberikan aku senyuman, lebih tepatnya menertawakan. Kakakku sendiri yang melihatnya juga memberikan tawa kepadaku. Apa yang salah dalam diriku?
“Ni itu adik kamu?” Tanya seorang teman kakak yang tidak tahu namanya. Oh iya, nama kakakku itu Hanipah, siapa tahu kamu tidak mau tahu.
“Eh, iya” Jawab kakak sambil menahan rasa malu. Kakak menghampiriku yang sedang terdiam.
“Kenapa kamu kesini din?” Tanya kakak
“Ya… kan, mau sekolah” Jawabku dengan polos.
“Mending kamu pulang din, nanti kakak kantar sampai rumah ya”
Aku megikuti perintah kakak setelah di beri aku jajanan sekolah, sebelumnya aku menolak sampai mau menangis tapi kakak lebih dulu menawarkan jajanannya. Pada akhirnya aku hanya bisa pulang kembali di temani kakak sampai rumah. Jarak dari sekolah ke rumahku tidak terlalu jauh, sekitar setengah kilo meter. Dan kakak kembali ke sekolah untuk kemudian kembali lagi ke rumah setelah sekolah selesai, maksudnya jam sekolahnya sudah berakhir.