Perhatian:
Akan lebih baik sebelum membaca cerita ini,
kamu sudah membaca cerita sebelumnya.
Beberapa hari berlanjut, mereka berdua sudah sangat dekat dengan Sari tanpa saling mengetahui. Tiba hari dimana mereka akan mengungkapkan rasa cinta mereka kepada Sari. Seperti biasa waktunya di jam istirahat, Dindin sangat bersamangat waktu itu kebetulan tidak sedang bareng Encep, menemukan seorang Sari sedang membaca buku di depan perpustakaan.
“Lagi ngapain Sar?” Tanya Dindin
“Ini lagi menanam padi Din” Jawab Sari
“Hah menanam padi?” Dindin pura-pura kaget
“Ya lagi baca bukulah Din, nggak lihat apa”
“Iya aku juga tahu, kamu lagi baca buku”
“Lah, terus kenapa bertanya”
“Ya biar kamu menjawab”
“Sar aku mau ngomong sesuatu” Tanya Dindin, dengan volume suara yang agak dikurangi disertai tatapan yang sedikit serius dan berbintang. Iya gitu berbintang?
Encep yang sedang menuju ke kantin untuk mencari Dindin, malah melihat Dindin dan Sari yang sedang asik mengobrol dengan ketidak sengajaan. Tidak mau melihat Sari dekat dengan Dindin, Encep menghampiri mereka berdua untuk ikut bergabung dalam obrolan mereka. Supaya mereka tidak berdua lagi.
“Eh Cep, sini gabung” Sapa Sari.
“Iya, ini juga mau gabung” Jawab Encep dengan percaya diri sambil berjalan menuju Sari dan Dindin.
“Ah anjir ada si Encep lagi” Dindin bersuara dalam hatinya.
Mereka bertiga berhasil bergabung dalam satu riungan. Saling bercanda, bergurau, dan menghina, melihatkan kedekatan mereka bertiga. Sebenarnya Dindin dan Encep belum terlalu dekat dengan Sari, hanya saja mereka ingin menarik perhatian.
“Kamu tadi mau ngomong apa Din?” Sari tiba-tiba menanyakan pertanyaan yang sempat terpotong dengan kedatangan Encep.
“Itu… apatuh?” Dindin berusaha mencari jawaban yang di ajukan sari. Sebenarnya mau mengungkapkan perasaannya tapi terhalang dengan kedatangan Encep.
“Itu apa?”
“Euuhh... Kamu suka balapan keong gak Sar?”
“Hahaha” Encep tertawa, dengan tawanya yang terlihat dipaksakan.
Encep sudah mengira bahwa Dindin telah mempunyai rasa cinta kepada Sari dengan melihat raut wajah seorang Dindin, begitu juga Dindin sudah mengira Encep punya rasa yang sama kepada Sari. Bel tanda berakhirnya jam istirahat berbunyi, semua murid yang sedang berada diluar kelas bergegas masuk kelasnya masing-masing.
Ketika pelajaran berlangsung, Dindin dan Encep tidak memperhatikan ibu guru yang sedang mengajar melainkan memperhatikan Sari seorang. Mungkin hanya Sari saja yang ada dipikiran mereka. Ibu guru terus menerangkan pelajarannya di depan kelas, duduk di atas kursi yang sudah disediakan khusus untuk seorang guru. Dia juga tidak terlalu peduli dengan Dindin dan Encep yang tidak memperhatikannya, karena posisi duduk mereka terhalang oleh Asep yang ada di depannya. Ibu guru yang dimaksud itu namanya Ibu Ecin guru Bahasa Indonesia. Hanya memberi tahu saja, kalau juga tidak mau tahu kamu kan sekarang sudah tahu.
“Cantik yah si Sari kalau di lihat dari samping” Encep bersuara kepada Dindin yang juga sedang memperhatikan Sari.
“Oh jelas, dari manapun di lihatnya dia emang cantik Cep” Jawab Dindin sambil berkhayal, entah berkhayal apa dia.
“Din! aku suka sama Sari” Tanya Encep.
“Ya bilang aja sama Sari, kok bilang sama aku” Jawab Dindin dengan refleknya, tidak terpikirkan kalau dia juga sama menyukainya. “Eh, jadi kamu suka sama Sari, Cep.” Sambung Dindin yang sudah lumayan terpikirkan.
“Iya Din, Iya. Suka banget”
“Aku juga suka Cep”
“APAA!!”
Encep benar-benar kaget mendengar ucapan Dindin, bagaikan seorang aktor film professional yang sedang berakting. Sebenarnya sudah merasa tahu kalau Dindin memang suka sama Sari sejak melihat mereka berdua tadi sewaktu istirahat, cuma Encep terlalu mendramakan, memasukan kedalam hatinya, dan tidak ingat kalau dia sedang berada di kelas yang sedang berlangsungnya pelajaran. Semua orang yang ada di kelas sontak mengalihkan pandangannya kepada Encep tak terkecuali ibu guru yang sedang menerangkan pelajarannya juga Sari dan Dindin.
“Iya kenapa?” Kata ibu guru kepada Encep.
“Katanya ibu suka sama Pak Iman yah?” Jawab Encep. Sekilas info: Pak Iman itu adalah satpam di sekolah mereka waktu itu.
“Eh kata siapa?”
“kata aku barusan bu”
“kemana aja kamu mah ah”
“Adeuhh” Semua murid berteriak tidak terlalu kencang, ada juga yang sampai mengeluarkan suara peluit seperti “Witwiww”
Waktu pulang sekolah tiba, semua murid keluar dari kelasnya masing-masing hanya untuk satu tujuan pulang ke rumahnya masing-masing. Inilah saatnya bagi Encep untuk mempertanyaakan maksud pernyataan Dindin yang di dengarnya sewaktu pelajaran Ibu Ecin berlangsung. Disaat mereka baru keluar kelas tepat di depan pintu, Encep menanyakan sesuatu kepada Dindin.
“Din tadi yang kamu maksud itu apa?”
“Yang mana Cep” Jawab Dindin sambil berjalan terus menuju parkiran motor, walaupun Dindin tidak bawa motor karena jalan keluar masuknya sekolah itu melewati parkiran motor.
“Itu yang katanya kamu juga suka sama Sari” Seru Encep yang juga sama sambil berjalan.
“Oh… iya emang, aku suka sama Sari, tadi juga pas aku berdua di depan perpus itu aku mau nembak dia” Maksudnya bukan nembak sari menggunakan pistol, tapi mengungkapkan rasa cinta.
“Eh… Din, aku juga suka sama Sari”
“Ya udah berarti kita bersaing”
“Bersaing untuk apa Din?”
“Ya untuk dapetin Sari lah”
“Ah… ya pasti aku yang menanglah”
“Ohhh… Siap Cep, lihat saja nanti”
Merekapun sudah berada di lokasi parkiran motor dengan banyaknya orang-orang yang tentunya untuk mengambil dan mengendarai motor miliknya. Dindin melihat Sari, Encep juga melihatnya, tapi mereka melihatnya sedang mau dibonceng sama si Junaedi dengan penuh kemesraan. Maksudnya kelihatan seperti orang yang berpacaran. Mereka tidak cemburu.
Ternyata memang benar Sari sudah jadi pacarnya Junaedi, orang yang tempat duduknya tepat berada di belakang mereka, yang dulu di inginkan sama mereka, yang tinggi badanya lebih tinggi dari Encep. Dindin dan Encep juga sudah tahu, karena mereka langsung menanyakannya kepada Sari lewat pesan singkat yang dikirim melalui smartphonenya di waktu yang bersamaan, malamnya.
Akhirnya persaingan itu membuahkan hasil, hasil yang sia-sia. Mereka juga menyadarinya, sampai menyusun sebuah rencana kerjasama tim. Rencana yang akan ditujukan untuk si Junaedi, walaupun dia itu tinggi badannya lebih tinggi dari Encep.
~Bersambung~