Perhatian:
Akan lebih baik sebelum membaca cerita ini,
kamu sudah membaca cerita sebelumnya.
Sama seperti hari sebelumnya Dindin dan Encep berangkat sekolah bersama, hanya untuk hari ini mereka berhasil tidak kesiangan. Mereka sudah berada disekolah dari jam lima pagi dikurangi tiga puluh menit. Mereka mah gitu kalau rajin rajin banget, saking rajinnya mereka adalah orang pertama yang pergi kesekolah setelah pak satpam. Merasa ke pagian, Dindin rupanya tiduran dikelas dengan membariskan kursi dipanjangkan, membawa selimut dan bantal kecil dari rumahnya untuk menambah kenyamanan tidur. Sementara Encep, dia jalan-jalan mengelilingi sekolah agar lebih tahu lokasi-lokasi penting disetiap sudut sekolah, terutama untuk melakukan bolos.
Satu persatu murid sekolah bermunculan memasuki kelasnya masing-masing, ada yang langsung ke toilet, ada yang duduk-duduk di depan kelasnya saja, ada yang ke kantin, ada yang loncat-loncat, ada yang ke lapangan untuk olahraga, ah pokoknya banyak sekali yang mereka lakukan, kecuali berenang karena tidak ada kolam renang disekolah.
Waktu terus berjalan tak pernah berhenti kecuali Tuhan menghentikannya, bel pelajaran pertama berbunyi, semua murid memasuki kelasnya masing-masing bagaikan segerombolan bebek yang sedang digembala. Pelajaran pertama dimulai, Dindin bangun dari tidurnya yang singkat itu. Anehnya disaat bangun Dindin merasa ada yang beda dengan suasana kelas itu. Oh sit ternyata Dindin salah kelas.
“Kamu siapa?” Tanya ibu guru yang sedang mengajar dikelas itu
“Euh… saya Dindin bu” Dindin menjawabnya
“Kamu murid kelas ini bukan?” Tanya ibu guru itu dengan wajah curiga
“Bukan bu, maaf salah kelas” Jawab Dindin sambil keluar kelas yang masih menggunakan selimut dan membawa bantal kecilnya.
Dindin menuju kelas yang benar, ketika itu dikelasnya juga sudah ada bapak guru yang sedang mengajar pelajaran kimia. Dari mana Dindin tahu kalau bapak guru itu mengajar pelajaran kimia, karena bapak gurunya mirip rumus kimia menakutkan sekali ih buat Dindin. Memasuki kelas dengan hati-hati supaya bapak guru tidak melihatnya.
“Hey siapa kamu?” Tanya bapak guru.
Oh sit Dindin ketahuan, rupanya dia tidak berhasil memasuki kelasnya dengan diam-diam.
“Saya Dindin Pak” Jawab Dindin.
“Kelas mana kamu”
“Kelas ini Pak”
“Jangan dulu duduk, sini kamu berdiri temenin bapak didepan”
“Baik Pak, dengan senang hati” Dindin menerima perintah dari bapak guru.
Semua orang yang ada dikelas menertawai Dindin yang ada di depan. Rupanya Dindin masih memakai selimut bekas tadi tiduran dan lupa tidak membuangnya kedalam tas. Dindin melihat teman cewek nya dari depan yang juga memperhatikan Dindin bukan bapak guru “Oh Tuhan begitu cantiknya dia, aku harus mendapatkan cewek itu apapun caranya” kata Dindin dalam hatinya. Melihat Encep juga sedang memperhatikan cewek yang sedang melihat ke arah Dindin.
Pelajaran Kimia berakhir dengan damai, Dindin dipersilahkan untuk duduk kembali oleh bapak guru. Di waktu istirahat Encep menghampiri cewek yang diperhatikan dari tadi, untuk berkenalan.
“Hay cewek” Kata Encep.
“Hay juga cowok” Oh dia meresponnya dengan baik.
“Nama kamu siapa” Tanya Encep.
“Dini Sari Solihah”
“Oh, terus aku panggilnya apa? Dini? Sari? Soli? Atau Lihah”
“Cie…cie…” Asep menghampiri mereka berdua.
“Apa kamu hah? Ganggu ajah nih sana jajan ke toilet eh ke kantin” Encep mengusir Asep dengan memberi uang lima ratus rupiah dan Asep pun menerimanya kemudian pergi.
“Panggil aja Agus”
“Haah Agus?” Encep dengan refleksnya kaget.
“Enggak lah masa Agus, panggil aja Sari”
“Oh, Sari, aku Encep”
Mereka sukses berkenalan, Dindin melihatnya ketika masuk kelas dengan mata kepala ayam yang sedang makan setelah pergi ke toilet. Tidak hanya Dindin, Junaedi juga melihatnya, Asep juga melihatnya.
“Oy Din sudah dari mana?” Sapa Encep
“Biasa sudah jalan-jalan dari Libanon” Jawab Dindin
“Enggak ajak-ajak lah”
“Sudah dari toilet, masa ke toilet harus rame-rame”
“Oh”
Dindin duduk dikursi sambil memandang keluar dari jendela, memperhatikan semua orang yang sedang melakukan pergerakan tubuhnya. Ada sepasang cewek yang sedang mengobrol, Dindin melihatnya. Encep menghampiri Dindin.
“Cie… cie…” Kata Encep
“Apaan sih”
“Itu kamu kan lagi memperhatikan dia” Jawab Encep sambil menunjuk sepasang cewek yang Dindin lihat.
“Haaa, siapa itu”
“Din tahu gak?” Encep mengajukan pertanyaan.
“Iya tahu”
“Apa?”
“Dua permen milkita sama dengan satu gelas susu”
“Ih kamu, selamat anda mendapatkan uang senilai dua ratus rupiah”
“Cep siapa tadi namanya” Tanya Dindin
“Yang mana?”
“Itu yang kamu ajak kenalan”
“Oh, itu mah si Sari”
Encep memiliki niat untuk dekat dengan Sari tanpa sepengetahuan Dindin, sama halnya Dindin memiliki niat untuk dekat dengan Sari tanpa sepengetahuan Encep.
0 komentar:
Posting Komentar