Karena belum sarapan, kami mencari warung nasi disepanjang perjalanan sampai ketemu. Lumayan jauh dari tempat kami beli bensin eceran untuk menemukan sebuah warung nasi, kelihatannya masih tidak begitu banyak warung nasi disekitaran sini. Setelah beberapa jauh menempuh perjalanan, akhirnya warung nasi berhasil kami temukan dalam keadaan masih utuh dan bau akan masakan khasnya. Kami hanya bisa memesan satu bungkus nasi, satu bungkus gorengan, dan meminta seplastik air hangat. Tapi itu tidak apa-apa yang penting kami masih bisa sarapan biar tidak mati kelaparan, kan tidak keren misalnya kalau mati kelaparan. Sarapan di pinggir jalan dengan disuguhi pemandangan alam dipagi hari, kicauan burung, hembusan angin, pancaran sinar matahari yang begitu indahnya menjadikan kenikmatan tersendiri, walaupun hanya sebungkus nasi, sebungkus gorengan, dan seplastik air hangat untuk bertiga. Oh indahnya hidup ini.
Perjalanan pulang sebenarnya masih baru setengah perjalanan lebih sedikit. Kami bisa teriak-teriak kembali sepanjang sisa perjalanan dengan perut yang cukup kenyang. Masih terus saja berlanjut tanpa henti sampai tiba di Tasik kota. Ketika sampai di Tasik kota sekitar pukul Sembilan pagi lewat tidak tahu lewat mana dan lewat berapa, kami bertamu ke rumah sodaranya si Fahmi untuk sekedar istirahat tentunya juga meminta bekal untuk mengisi bensin lagi, karena bensin dimotor kami berdua sudah hampir habis. Lumayan lama kami istirahat sampai pukul setengah dua belas siang, sampai-sampai aku ditelpon oleh mamaku untuk segera pulang. Kami memutuskan untuk lanjut pulang ke rumah masing-masing.
Yeah akhirnya rasa penasaran itu sudah tidak ada lagi, pantai Santolo sudah kami injak. Sekarang aku bisa tidur dengan nyenyak sampai pagi hari dan bersiap untuk melakukan tugas sebagai anggota upacara pengibaran bendera merah putih dihari Senin tentunya.
Itulah perjalanan bolos kami yang tidak akan pernah terlupakan walau badai menghadang, ombak menerjang, dan ayam menyebrang. Aku akan mengingatnya bahwa aku pernah ditilang polisi, menderek motor dan diderek motor dengan tambang hasil curian yang ada di perahu Santolo malam-malam, tengah hutan, hujan gerimis, bau melati, merinding, ketiduran dimasjid, dan sebagainya.
~Tamat~
0 komentar:
Posting Komentar