Pagi itu yang cerah sekitar masih pukul tujuh pas, atau mungkin kurang, atau mungkin lebih, atau mungkin aku masih tidur. Nyatanya aku sudah siap berangkat ke sekolah, tentu saja dengan berseragam sekolah yang sedikit rapih. Itu aku baru kelas dua, dua Smk yah bukan dua Sd atau Smp. Tiba-tiba aku merasa mual, kenapa harus tiba-tiba sih mual itu terasa, karena memang kenyataannya tiba-tiba. Perlu kamu ingat yah aku ini bukan hamil yang kaya di film kalau mual itu pasti di identikan dengan kehamilan, tapi emang iya yah kalau hamil tuh suka mual-mual, tidak tahu belum pernah hamil sebelumnya, karena aku ini laki-laki masa laki-laki hamil kan tidak mungkin. Aku merasa ingin muntah, dan iya aku langsung muntah begitu saja tanpa mengambil ancang-ancang untuk melakukannya. Bagiku Itu muntah pertama kali, aku pun kaget serasa kena santet, karena biasanya aku tidak pernah muntah dan ini tiba-tiba. Dengan begitu aku langsung panggil ibu, sudah jelas yang di panggil itu ibu aku, bukan ibu kamu.
“Mah…Mah…” Aku memanggil ibu dengan panggilan mah, itu maksudnya mamah, dengan suara dan wajah yang menghawatirkan seperti orang yang sedang sakit.
“Kenapa de?” Ibu menjawab, maksudnya menjawab dengan pertanyaan di sertai ekspersi yang sangat cemas, gimana tidak cemas melihat anaknya sendiri yang tadinya terlihat tampan, ceria dan semangat, menurutnya. Tiba-tiba terlihat sedang muntah-muntah, dan langsung panik.
“Gak tahu mah, ini tiba-tiba aku muntah gitu” Jawabku.
“Kenapa bisa muntah-muntah? kamu kan tidak pernah muntah sebelumnya” kata ibu sambil memijit pundak, pastinya itu pundak aku. Tidak mungkin kan pundak ibu aku, tapi bisa mungkin saja sih kalau ibu mau memijat pundaknya sendiri, nyatanya itu tidak di lakukan.
“Kenapa bisa muntah-muntah? kamu kan tidak pernah muntah sebelumnya” kata ibu sambil memijit pundak, pastinya itu pundak aku. Tidak mungkin kan pundak ibu aku, tapi bisa mungkin saja sih kalau ibu mau memijat pundaknya sendiri, nyatanya itu tidak di lakukan.
“Iya mah, aku juga bingung” Jawabku sambil muntah-muntah.
Setelah mendengar jawaban yang aku jawab dari pertanyaan ibu, ibu kelihatan begitu gelisah. Padahal jawaban itu sangat biasa banget.
“ya udah kamu tiduran aja! Tidak usah sekolah kalau gitu, kan kamu sakit”
“Iya mah” Aku langsung pergi ke kamar untuk melakukan tiduran dengan di bantu ibu untuk jalannya, meskipun aku masih kuat jalan menuju kamar, tapi ibu tidak membiarkan aku jalan sendiri.
“Tiduran aja dulu yah, mamah ambilkan makan dan minum” Ibu menyuruh aku untuk tiduran sambil pergi ke dapur. Itu maksudnya bukan nyuruh aku tiduran sambil pergi ke dapur, tapi ibu pergi ke dapur sambil nyuruh aku tiduran dulu.
Karena ibu tahu kalau aku itu gak suka makan atau minum obat, kecuali obat yang rasanya manis. Jadi ibu tambah panik dan gelisah seperti memilih tombol untuk mematikan bom dalam waktu 10 detik, eh bukan 3 detik aja deh. Kebetulan itu di dapur sudah tidak ada makanan kecuali nasi. Ibu langsung pergi ke rumah kakak yang jaraknya tidak terlalu jauh cuma terhalang oleh dua rumah tetangga untuk meminta sayurannya, kenapa tidak ke rumah tetangga saja padahal sangat dekat, aku tidak tahu karena ibu yang melakukannya, dan aku juga tidak perlu tahu. kakak itu adalah kakakku yang sudah berumah tangga, sudah jelaslah itu anak ibu karena dia kakakku.
“Win ada sayuran?” Kata ibu pas sampai di rumah kakak yang kebetulan pintu rumahnya terbuka karena kakak sedang menjahit baju, entah baju siapa itu. Win itu adalah nama kakaku dengan nama lengkapnya Wiwin widyaningsih, kakak pertama, seorang perempuan, sudah berumah tangga yang sekarang sudah punya tiga orang anak, satu perempuan dan dua laki-laki. Sebenarnya itu tidak harus aku kasih tahu, tapi sengaja aku kasih tahu biar kamu tahu, walaupun kamu tidak ingin tahu.
“Itu ada di dapur mah, ambil saja” kakak menjawab sambil terus menjahit.
Lalu ibu pergi ke dapur untuk mengambil sayuran yang berada di atas meja dengan dua wadah sayuran, ibu memilih salah satu dari dua sayuran itu untuk di campurkan dengan nasi yang di bawa dari rumahku atau rumah ibuku kemudian di tambahkan kecap.
“Makasih win” Ibu berkata kepada kakak sambil pergi kembali ke rumahnya dengan buru-buru, sampai tidak keburu kakak menjawab yang ibu katakan. Padahal kakak hanya perlu berkata iya atau sama-sama, mungkin dia mengatakannya.
Setelah sampai di rumah lagi dengan tidak lupa masuk lewat pintu yang di buka, ibu langsung ke kamar tempat aku berada, dan langsung menyuapkan nasi ke mulutku, padahal aku sedang tiduran.
“Nih makan dulu de, biar sembuh” Ibu berkata sambil menyuapkan nasi dengan memakai sendok, aku pun langsung memakan nasi itu.
“Loh ko manis mah?” Aku bertanya dengan sedikit rasa heran sambil mengunyah nasi itu dan sedikit menelannya.
“Oh baguslah kalau rasanya manis” Ibu menjawabnya dengan mudah dan senang.
“Beneran mah ini rasanya manis”
“Iya bagus de kalau terasa manis, biasanya orang sakit tuh kalau makan suka terasa pahit” begitu kata ibu dengan wajah senangnya.
“Cobain deh sama mamah, ini memang manis mah” Kataku sambil menyuruh mamah nyobain nasi itu.
“Oh iya yah manis, tapi ini kaya rasa kolak deh” Ibu berkata sambil senyum-senyum gitu, setelah nyobain nasinya.
“Tuh kan manis mah” Kataku sambil sedikit tersenyum.
Kemungkinan besar di saat ngambil sayuran, ibu salah ngambil sayuran, ibu memilih memasukan kolak yang begitu mirip dengan sayuran ke nasi yang di bawa itu. Karena di atas meja tempat sayuran berada ada dua wadah sayuran. Itu menurutku sih, tapi tidak tahu. Ternyata memang iya, yang ibu ambil itu memang kolak, kolak pisang. Itu kata kakak yang pas waktu sore datang ke rumahku atau rumah ibuku untuk sekedar main saja.
Setelah aku memakan nasi yang di campur kolak dan sedikit kecap itu, tidak lama kemudian aku langsung sembuh dari muntah-muntah itu dan bersemangat kembali dengan tetap tidak sekolah, karena waktu sudah menunjukan pukul sembilan, tidak tahu kurang, tidak tahu lebih. Sebenarnya bisa saja aku pergi ke sekolah, paling cuma kesiangan berapa jam dan kena sangsi atau di suruh pulang kembali, makanya aku lebih memilih tidak pergi ke sekolah. Kecuali menunggu hari esok, itu juga kalau bukan hari minggu, kan libur.
Dari kejadian itu aku bisa simpulkan kalau nasi di campur kolak dan sedikit kecap, maka nasi itu akan terasa manis. Mungkin itu bisa menjadi obat muntah-muntah, Mungkin. Itu menurut aku sih, cobain aja kalau kamu muntah-muntah. Tapi jangan salahkan aku kalau kamu sembuh, salahkan saja dirimu sendiri. Toh kamu sendiri yang memakannya.
0 komentar:
Posting Komentar