Seperti manusia pada umumnya, namun tidak sama karena semua manusia diciptakan berbeda-beda, setiap melihat pemandangan indah yang kami lewati pasti kami berhenti untuk mengambil foto, maksudnya kami berfoto-foto dulu, buat dokumentasi di masanya. Begitu banyaknya pemandangan indah yang kami lewati mulai dari langit indah yang berwarna biru, gunung kerucut yang berwarna hijau, sawah datar yang berbentuk kotak juga berbentuk lainnya kecuali bulat, sungai persegi panjang yang tidak tahu ujungnya, perkebunan teh yang begitu luas, perkampungan, pedesaan, dan masih banyak lagi.
Sempat nyasar berkali-kali kebeberapa daerah di Garut, karena kami sama sekali tidak tahu jalannya, Lubis juga yang katanya pernah kesana dan tahu jalannya mendadak lupa begitu saja. Ceritanya disingkat, akhirnya setelah nyasar sana sini, kami bertiga sampai di Santolo sekitar jam tiga lebih sedikit dengan waktu kurang lebih enam jam lewat.
Tidak ada kata menyesal setelah disuguhi pantai begitu indah disekitar Santolo, tentu masih alami untuk kami lihat yang Tuhan ciptakan dengan sengaja. Langsung saja melewati gapura selamat datang, tadinya kami kira akan membayar untuk masuknya tapi sama sekali tidak alias gratis, mungkin karena masih belum banyak ada orang yang tahu pada saat itu, tidak tahu kalau sekarang pasti sudah bayar dan juga rame-rame seperti tempat wisata pada umumnya. Kami istirahat sejenak untuk melepaskan rasa cape yang melanda, sambil mempersiapkan diri untuk menuju pulau Santolonya. Oh iya kami masih belum sampai tepat di Santolonya hanya sudah sangat dekat dan terlihat pantai yang tidak tahu namanya, untuk mencapai pantai santolo dibutuhkan perahu untuk menyebrangnya karena Santolo terpisah dari tempat kami istirahat. Sebenarnya berenang juga tidak apa-apa untuk menyebranginya, tapi kami sama sekali tidak mau.
Dengan membayar masing-masing empat ribu rupiah untuk jasa perahunya kami langsung segera membayarnya di tempat yang kami tuju yaitu Santolo. Berfoto-foto disetiap ada hal yang indah, ataupun yang aneh itulah yang kami lakukan sesampai di Pantai Santolo, jadi sebenarnya tujuan kami itu hanya berfoto-foto untuk di upload di sosial media dan menikmatinya.
Tidak begitu lama sekitar pukul setengah enam kami memutuskan untuk pulang, karena suasana di Santolo sudah gelap menyeramkan, masih belum ada listrik, yang tersisa cuma kami bertiga dan satu rombongan, seperti pulau yang misterius gitu. Hih serem.
Uang yang kami punya saat itu untuk pulang hanya tersisa lima belas ribu rupiah, sedangkan bensin yang ada di motorku sudah hampir habis, untungnya dimotor si Lubis masih lumayan banyak. Berpikir keras bagaimana caranya supaya dengan uang segitu kami bisa pulang dengan selamat tentunya. Akhirnya kami diberi pencerahan dengan sedikit ide yang lumayan gila, kami memutuskan untuk mengisi bensin dengan uang lima belas ribu itu untuk motorku, dan menderek motorku dengan tambang oleh motor si Lubis sampai bensin yang ada dimotor si Lubis benar-benar habis setelahnya gantian.
~Bersambung~
~Bersambung~
wkwk mantap juga tuh gan
BalasHapuscerita dan kalimatnya unik
Hhi, makasih gan
HapusIni bolos beneran nih? Tp keren juga hehe jarang ada yang bisa menikmati suasana seperti ini. Rasanya seperti berpetualang sama temen2
BalasHapusIa gan, lagi menghabiskan masa-masa SMK dulu
Hapus